Media informasi dan komunikasi melalui jurnal, tulisan harian dan mingguan untuk menjaga kontinuitas turunnya ilmu melalui ilham yang diberikan lewat kalam melalui perangkat komputer.

Friday, October 01, 2004

Ikhlas, Kunci Menggapai Kemuliaan

Manusia yang mulia adalah yang menyadari dengan sepenuh hati bahwa ia hanyalah hamba, benar-benar hamba, dalam pengertian hamba yang sebenar-benarnya, baik secara teori maupun pengejawantahannya.

Segala yang ada ditangannya, segala atribut yang disandangnya, semua adalah milik Allah. Pun dirinya sendiri, jasadnya, jiwanya, segala pembentuk diri ini adalah milik Allah. Semua milik Allah, maka dileburkan dirinya ke dalam qudrah kekuasaan Allah. Ia tidak banyak angan-angan, ia tidak banyak memikirkan secara berlebihan tentang hari esok, tentang bayangan dirinya esok hari. Ia hanya berfikir bagaimana memberikan yang terbaik bagi kehidupan ini, semata-mata mengharap cinta kasih-Nya, keridhaan-Nya, dan lebih dari itu karena mencintai Allah, terpesona kepada keindahan Allah, mabuk kepayang dengan "kecantikan" Allah.

Di atas muka bumi ini, di dunia ini, ia serahkan semua perannya kepada Allah. Mau jadi apa silahkan, terserah Allah. Ia siap menjalankan segala perannya. Jadi apapun ia besok, terserah Allah. Ia hanya bisa merencanakan, mengekspresikan apa yang diinginkannya, tetapi keinginannya telah berlebur dengan keinginan Allah, dalam irodah Allah. Kalau ternyata keinginannya tidak sama dengan keinginan Allah, ternyata apa yang diharapkannya esok hari tidak terjadi, malah yang terjadi adalah sebaliknya, malah yang terjadi adalah sesuatu yang sebelumnya tidak dikehendakinya, maka kita tetap ikhlas. Kita menerima semuanya dengan senyum yang mengembang. Tidak ada yang buruk dengan apa yang terjadi. Yang buruk adalah ketika kita mangkel, protes, berkeluh kesah atas ketentuan-Nya.

Sedang yang baik, yang mulia, yang tinggi derajatnya, yang memuncak maqom-nya, adalah mereka yang ikhlas, yang bersyukur dikala susah maupun senang, senang dalam kesusahan, senang dan bahagia dengan segala kehendak Allah. Hidupnya hanya untuk Allah. Allah-lah tujuan hidup, sebaik-baik tujuan hidup. Sedang segalanya adalah wasilah, alat, sarana, bekal, modal untuk mencapai tujuan hakiki, mencapai keridhaan Allah SWT. (Ln/ 1 Okt 2004)
Disarikan dari www.nad.go.id 1 Oktober 2004.